Sabtu, 07 Agustus 2010

Buruh Pemecah Batu

Ada seorang bapak yang bekerja sebagai buruh pemecah batu.
Setiap pagi dia berangkat ke sungai, memilih-milih batu, lalu memecahkannya
menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum akhirnya dikumpulkan oleh pengepul untuk
dijual. Demikianlah ia bekerja setiap hari, memeras tenaganya, menantang terik
matahari untuk menghidupi keluarganya dengan upah yang tentunya sangat minim.

Suatu hari, bapak ini mendapat tawaran pekerjaan untuk memecah batu di
rumah salah satu saudagar yang kaya raya di desanya. Saudagar itu ingin
membangun rumah yang besar dan megah. Dan tentunya diperlukan banyak sekali batu
untuk membangun rumah itu. Namun ketika bapak ini melihat betapa nikmatnya
kehidupan saudagar itu, ia pun berandai-andai betapa bahagianya ia dan
keluarganya bila saja ia punya rumah yang megah dan harta yang banyak seperti
saudagar itu.

Setelah bapak ini menyelesaikan pekerjaanya di rumah
saudagar kaya itu, ia pun pulang ke rumah. Betapa terkejutnya ia ketika melihat
rumahnya bukan lagi gubug reot yang sempit, melainkan rumah yang besar, lengkap
dengan perabotan yang mewah. Bapak ini tak lagi bekerja memecahkan batu. Ia
duduk sepanjang hari di rumahnya yang megah. Merasakan betapa enaknya hidup
tanpa harus bekerja keras.

Ketika bapak ini duduk di balkon rumahnya
yang megah, ia melihat kereta kuda raja yang lewat di depan rumahnya. Dari balik
kereta kuda, terlihat sang raja merasa kepanasan karena matahari bersinar dengan
teriknya di atas sana. Maka bapak ini pun berpikir bahwa matahari rupanya sangat
berkuasa. Sang raja yang dipandang mulia harus merasa tersiksa kegerahan di
balik kereta kuda istana. Bapak ini pun berandai-andai betapa hebat dan
berkuasanya dia bila menjadi matahari. Maka dalam sekejap mata, bapak ini pun
berubah menjadi matahari yang sinarnya sungguh panas menyengat.

Matahari
ini pun merasa puas. Namun keangkuhannya mulai pudar ketika awan hitam
menutupinya dan membuat bumi di bawahnya menjadi gelap. Hujan pun turun dengan
derasnya dari awan hitam itu. Matahari pun merasa bahwa ternyata ada yang lebih
kuat dan berkuasa dari dirinya. Ia pun berkeinginan menjadi hujan. Seketika
itupun, matahari berubah menjadi hujan.

Sayangnya, ketika ia menjadi air
hujan, ia jatuh ke bumi dengan menyakitkan. Ia menjadi air hujan yang jatuh di
atas bukit berbatu. air hujan ini merasa kesakitan dan kesal dengan bukit batu
yang keras dan kokoh. Ia merasa marah dan berkeinginan menjadi bukit batu yang
tangguh.


Setelah hujan berhenti, ia pun berubah menjadi bukit batu
yang besar dan tangguh. Bukit batu ini berdiri dengan angkuh, merasa dirinyalah
yang paling kuat dan berkuasa di muka bumi ini. Namun alangkah terkejutnya ia
ketika merasakan sakit yang luar biasa di kakinya. Ia melihat ke bawah, dan
ternyata ada seorang buruh pemecah batu yang sedang menatah untuk memecah bukit
batu. Bukit batu ini merasa tidak berdaya dan berpikir bahwa sungguh kuat dan
hebatnya pemecah batu itu. Gunung batu yang tangguh ternyata dapat dipecahkan.
Gunung batu inipun berpikir kalau saja ia tetap menjadi seorang buruh pemecah
batu. Rupanya pemecah batu jauh lebih kuat dan perkasa daripada matahari dan
hujan. Dan seperti sebelumnya, bukit batu pun berubah menjadi seorang pemecah
batu seperti sedia kala.


Cerita di atas agaknya terdengar lucu. Namun cerita ini (ga tahu juga sumber nya dari mana) aku ceritain lagi bukan hanya untuk menghibur. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini.
well, selamat merenungkan hikmah dari cerita ini...

God Bless you all...

Tidak ada komentar: